Rabu, 06 Juni 2018

Koloni Makmur, Pertanian Rapuh

Perkenankan saya menuliskan tentang apa yang saya pahami, koreksi jika ada kesalahan.

Indonesia.
Satu kata yang istimewa dengan kekayaan yang tak terhingga dimiliki oleh Indonesia. Negara AGRARIS yang teriris menjadi bagian wilayah eksotis. Memiliki yang tak dimilik bangsa lain.Sumber bahan baku pangan yang cukup dominan di Dunia salah satunya di Indonesia. Hari ini adalah masa dewasa kita menghadapi modernisasi pertanian. Banyak inovasi dan kreasi yang menarik ditampilkan untuk dikembangkan. Indonesia memiliki SDA, SDM, Teknologi dan UANG untuk dikelola dengan baik. Terbesit satu pertanyaan, kapan negara kita mampu mengelola potensi tersebut?
Kita ketahui seperti pisau yang diasah akan tajam, begitulah potensi kita jika dimaksimalkan pasti akan berkembang. Sejauh ini perkembangan pertanian kita mengalami peningkatan yang signifikan dengan adanya modernisasi pertanian. Dibalik itu apakah kita sudah kuat dalam mencukupi kebutuhan pangan ?
Kebutuhan budidaya utama petani umumnya ada pada Benih, Pupuk dan Pestisida. Pemerintah melalui kementerian pertanian menggelontorkan anggaran negara untuk memberikan subsidi kepada rakyatnya terkait kebutuhan budidaya. Perlu digaris bawahi anggaran negara sebesar itu diberikan kepada siapa sebenarnya? besar diantaranya pemerintah membeli kebutuhan budidaya dari MNC (Multinational Corporate) kemudian diberikan kepada petani kita sedangkan asal bahan bakunya dari negara dan orang orang kita sendiri.
Suatu contoh yang saya ketahui dari pandangan saya selama ini, perusahaan MNC bekerjasama dengan petani untuk produksi kemudian dibeli dengan harga (sistem kontrak) lalu dipacking kemudian dijual ke pemerintah untuk dijadikan subsidi. contoh kedua, dengan adanya kerjasama perusahaan MNC dengan institusi pendidikan dalam pengembangan pertanian namun sampai sekarang tidak ada produk intitusi tersebut yang dimanfaatkan petani secara mandiri (artinya membuat petani mandiri). Maaf jika saya berpendapat jika hasil riset itu untuk kepentingan perusahaan MNC yang dijual kembali kepada petani maupun pemerintah (sebagai subsidi). Yah, hampir dominan penguasaan KOLONI MNC berkembang di Indonesia. Makmurlah mereka dan pertanian kita semakin rapuh. Karena kita tidak akan pernah mandiri terus saja bergantung pada subsidi, memberi income kepada MNC.
Indonesia memiliki banyak SDA, SDM, Teknologi dan UANG, kenapa tidak memaksimalkan itu? balai penelitian, universitas yang dapat digandeng untuk dituntuk membuat produk inovatifnya sendiri. Doa saya semoga akan ada kebijakan terkait dominasi produk nasional untuk pertanian yang lebih mandiri demi kedaulatan pangan yang bijaksana.

Salam Bekerja.
Jember, 07 Juni 2018

Maskus

Senin, 04 Desember 2017

KEDAULATAN PANGAN LOKAL BERBASIS KEMANDIRIAN PETANI

 Dusun Ungkalan

JEMBER,
Pertanian di wilayah Jawa Timur merupakan salah satu penyumbang pangan skala nasional dengan komoditas padi, jagung dan kedelai. Bagian Timur pulau Jawa khususnya yang sering disebut wilayah Tapal Kuda merupakan sentra komoditas pertanian yang cukup baik. Kabupaten Jember, Bondowoso dan Situbondo merupakan kabupaten yang kami eksplorasi untuk menyampaikan pentingnya ketahanan pangan lokal berbasis petani yang mandiri akan produksi usaha taninya. Dusun Ungkalan Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember merupakan wilayah pertama yang kami kunjungi untuk berdiskusi bersama masyarakat yang mayoritas mata pencahariannya petani dan peternak. Dusun Ungkalan merupakan wilayah yang berada di tengah hutan jati, diatas tanah perhutani yang hingga kini masih banyak  polemik dalam penggunaan lahan disana. Dusun Ungkalan memiliki lebih dari seribu jiwa yang terdiri dari  400 lebih keluarga dalam satu wilayah dengan akses jalan penghubung dengan desa lain yakni jembatan gantung. Masyarakat Dusun Ungkalan menanam berbagai komoditas tanaman pangan seperti padi dan jagung serta tanaman hortikultura seperti terong, cabai dan semangka. 

Gambar. Kegiatan rutin SPU membuat MOL

Kondisi wilayah dusun memungkinkan bagi kami untuk belajar bersama masyarakat dalam bidang pertanian. Salah satu tokoh masyarakat Ungkalan menyatakan bahwa Ungkalan merupakan dusun yang telah menerapkan pertanian alami yakni pertanian yang menggunakan bahan alami sebagai budidaya usahatani. Budidaya alami yang dimaksudkan adalah bagaimana petani memanfaatkan kotoran ternaknya sebagai pupuk tanpa menggunakan pestisida yang cukup berat. Sistem pertanian seperti ini telah dilakukan lebih dari 40% petani Ungkalan yang tergabung dalam suatu wadah bernama Serikat Petani Ungkalan (SPU). SPU diketuai oleh bapak Fasoli dengan tujuan memberikan ruang diskusi bagi masyarakat Ungkalan. Awal perkenalan kami dengan bapak Fasoli yakni dengan mengenalkan bagaimana petani bisa berdaulat akan benihnya. Kami melihat petani Ungkalan telah menerapkan kemandirian dalam segi pupuk dan pestisida namun tidak dengan benihnya. Diskusi pertama kami menghasilkan konsep kecil bagaimana petani mengulas kembali benih-benih lokal yang mereka kenal dahulu.

Gambar. Kodisi Lahan di Dusun Ungkalan

Intensif kami melakukan diskusi bersama masyarakat SPU dengan memberikan pengetahuan kami untuk diimplementasikan bersama. Puncaknya pada diskusi bersama rekan rekan Mahasiswa pertanian dan aktivis-aktivis penggerak desa, pertanian dan koperasi dari berbagai wilayah di nusantara. Diskusi yang berlangsung selama dua hari di Dusun Ungkalan menghasilkan beberapa konsep salah satunya pembentukan koperasi benih lokal yang diorganisir oleh Serikat Petani Ungkalan. Pembentukan koperasi ditujukan untuk memantapkan kemandirian petani akan benihnya. Kami menilainya kedaulatan pangan berawal dari kemandirian petani akan usahataninya. Koperasi benih lokal dimulai dengan penanaman berbagai macam benih lokal jagung dan padi. Jagung lokal yang ditanam seperti jagung dara, pulut putih asal jepara, lumajang,situbondo dan NTT sedangkan padi lokal yang ditanam seperti ABS asal Tulungagung, Kabir 07 asal Aceh, Gendok Duku asal Banyuwangi dan lainlain. 

Gambar. Proses diskusi pembentukan Koperasi Benih Lokal

Saat ini (2/12/17) petani Ungkalan telah memanem 3 karung jagung dara gelondong dari 8 ons benih dan akan diikuti oleh pemanenan jagung komposit Sukmaraga dari 1 kg benih. Padi lokal ditanam pada musim ini dikarenakan kondisi wilayah yang sarat akan air ketika musim kemarau dan akan berlimpah air ketika musim hujan. Kondisi alami juga terlihat dari lahan masyarakat yang rata-rata berada dibawah tanaman perhutani yakni jati, sengon dan lain-lain. Guguran daun tanaman tersebut terurai secara alami tanpa ada proses selain pembajakan lahan oleh petani menggunakan sapi. Koperasi benih diharapkan dapat mengelola input pertanian dari hulu hingga hilir secara sederhana. Sehingga diharapkan akan muncul sebuah produk baik untuk input pertanian maupun olahan sebagai output pertanian. 

















Selasa, 25 Juli 2017

EKSPEDISI KELESTARIAN BENIH LOKAL KAB. JEMBER

Foto Maskus.Ekspedisi kelestarian benih lokal merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendeteksi kembali keberadaan benih-benih lokal khususnya tanaman pangan dan hortikultura diwilayah Kab. Jember yang kabarnya sudah hampir punah. Selain itu, ekspedisi ini sebagai data identifikasi benih lokal diwilayah Kab. Jember dan menjaga keberadaannya diruang pelestarian khusus. Ekspedisi ini saya lakukan sejak hari Jumat tanggal 21 Juli 2017 hingga batas waktu yang tak ditentukan. Awal ekspedisi saya mulai di Kecamatan Kencong dan Gumukmas Kab. Jember dengan menyusuri berbagai desa dan dusun disana. Perjalanan saya lakukan seja pagi hari hingga menjelang malam hari. Perjalanan yang cukup lama akhirnya membuahkan hasil dengan menemukan areal persawahan diatas rawa. Hampir seluruh hamparan rawa tertanam tanaman padi yang saya duga benih yang ditanam merupakan benih lokal. Setelah saya cermati lebih dekat dugaan saya benar bahwa padi tersebut merupakan padi lokal rawa daerah Kecamatan Kencong dan Gumukmas Kab. Jember. Dugaan saya diperkuat oleh diskusi dengan warga setempat. Warga setempat bercerita bahwa padi tersebut merupakan padi kuno (lokal) dan keberadaanya sejak nenek moyang dahulu. Padi tersebut dikenal oleh masyarakat setempat dengan nama padi rawa/laut/gondang/mei dengan usia tanaman sekitar 7 bulan. 
Foto Maskus.
Uniknya cara tanam dan panen padi lokal tersebut menggunakan terompah (bakiak kompak) seperti layaknya sebuah permainan tradisional. Bagaimana mungkin seorang petani bisa menanam dan memanen tanpa alas kuat untuk menahan beban tubuh diatas tanah yang mengambang diatas air tersebut. Tanah hitam menjadi ciri khusus lahan rawa tersebut. Lahan hitam tersebut berasal dari pengomposan tanaman air liar seperti eceng gondok yang menumpuk menutupi perairan rawa. Lahan rawa tersebut selama ini selalu ditanami komoditi padi lokal rawa saja, namun juga bisa berganti dengan komoditi lainnya jika beralih menjadi lahan kering. 

Foto Maskus.

Ekspedisi hari kedua (24/7/17) saya lanjutkan menuju ujung timur wilayah Kab. Jember yakni berkelana diwilayah Kecamatan Sumberjambe. Wilayah dataran tinggi dengan sumber air yang masih bersih dan pertaniannya yang cukup baik dari segi kebutuhan air dan kualitas lahannya. Namun sangat disayangkan meski kebutuhan utama pertanian tersedia tidak diimbangi dengan pengelolaan sumberdaya alam yang baik. Masyarakat desa yang menjunjung tinggi budaya, kearifan lokal dan jiwa bergotong royong semakin menipis keberadaanya. Ketika saya berkunjung kesuatu desa yang cukup jauh dari jalan besar dengan berharap mendapati petani yang masih menanam beberapa benih lokal yang saya cari. Setelah cukup lama mencari, sama seperti hari pertama sewaktu saya akan pulang sore hari, saya mendapati tanaman padi yang dicurigai hasil penanaman padi lokal. Kemudian saya berhenti dan menghampiri petani yang sedang berada ditengah sawah lalu saya bertanya "apakah bapak mengetahui petani yang menanam padi berumur panjang disekitar sini?'' lalu beliau menjawab ''Kebetulan saya menanam mas". Setelah saya banyak berbincang ternyata beliau bernaman Bapak Aziz, seorang petani berusia 54 tahun yang masih menjunjung tinggi kearifan lokal wilayahnya. Kegiatan pertanian tradisional yang dilakukan Bapak Aziz terpengaruh oleh era modernisasi saat ini, hal ini dikatakannya bahwa beliau mulai menggunakan pupuk sintetis dan pestisida meskipun minim. Disamping itu, pak Aziz masih mengolah sawahnya dengan kerbau dan menggunakan pestisida buatannya sendiri yang berasal dari daun mimba, bawang putih dan beberapa bahan alam lain.
Foto Maskus.Komoditi tanaman padi yang ditanam bapak Aziz bernama padi Sari Putih yang dikatakannya bahwa padi tersebut merupakan padi turunan dari keluarganya. Setelah banyak berbincang kemudian saya meninjau tanaman padi lokal tersebut dan saya mendapati ada beberapa tanaman padi lain yang tertanam dilahan tersebut. Tanpa berfikir lama sontak pak Aziz berkata ''itu namanya padi taiwan mas dan yang ini namanya padi solong''. Dalam satu petak lahan seluas kurang dari satu hektar  tersebut saya mendapati tiga macam padi lokal turun temurun wilayah tersebut meski dominasi padi Sari Putih lebih banyak. Padi lokal Sari Putih memiliki usia tanam yang cukup lama yakni sekitar 5,5 bulan namun disisi lain beras yang dihasilkan masuk kelas atas. Tonase gabah yang dihasilkan dalam satu hektarnya berkisar 3,5 ton menurutnya. Selain tiga benih lokal yang saya temukan, menurut pak Aziz masih banyak benih lokal disaerahnya, entah sudah punah atau belum. Benih padi lokal tersebut bernama Santowo, padi Po'dek, Srikuning, padi Putih dan Siem. 
Foto Maskus.
Ekspedisi hari ketiga saya lanjutkan (25/7/17) dengan menyusuri beberapa Kecamatan diwilayah selatan Kab. Jember yakni wilayah Kecamatan Wuluhan, Ambulu dan Tempurejo. Sama seperti hari-hari seblumnya berawal dari pagi hari saya berkeliling baru sore harinya saya mendapati seorang petani sedang menanam tembakau secara tradisional dipelosok timur wilayah Kecamatan Tempurejo. Beliau bernama Bapak Ponakri berusia 64 tahun, seperti biasa saya selalu menanyakan hal yang sama mengenai keberadan benih lokal diwilayah tersebut. Setelah berbincang cukup lama akhirnya saya menemukan titik terang dari benih lokal yang saya maksut. Benih lokal yang bisa saya dapati secara langsung yakni kacang tunggak asli wilayah tersebut. Selain itu saya juga menggali informasi mengenai keberadaan benih lokal lainnya, saya sangat bahagia sekali ketika Bapak Ponakri menyatakan bahwa ada beberapa benih padi lokal diwilayah tersebut. Kemudian saya diajak ketempat tinggalnya tidak jauh dari lahan lereng bukit. Disana beliau menceritakan bahwa ada beberapa benih padi lokal yang sudah bisa dikatakan sulit dicari lagi atau bahkan punah. Benih lokal yang dimaksut yakni padi Keropak, Cempo Welut, Kretek, Cempo Kapur, Plotan biasa (ketan biasa) dan Plotan Gejih (ketan gejih). Namun dari beberapa nama tersebut saya terkejut ketika beliau menyampaikan bahwa ada satu padi lokal yang masih ditanamnya. Padi lokal tersebut bernama pari abang atau bisa saya namakan Pari Abang Nomer Songo. Padi lokal tersebut merupakan jenis padi merah dengan potensi hasil 7 kwintal/wolon  dan usia tanaman sekitar 3 bulan. 


Ekspedisi 1: 
Nama: Padi Rawa/ Laut/ Mei/Gondang (ADA)
Kriteria: Pera 
Umur Tanam: 7 bulan
Potensi: -

Ekspedisi 2: 
Nama: Padi Sari Putih (ADA)
Kriteria: Pulen
Umur Tanam: 5,5 bulan
Potensi: 3,5 ton/ha

Nama: Padi Srikuning
Kriteria: Pera
Umur Tanam: 7 bulan
Ciri-ciri: Kuning dan berbulu
Potensi: -

Nama: Padi Siem
Kriteria: Pulen
Umur Tanam: 7 bulan
Potensi: -

Nama: Padi Putih
Kriteria: Pulen
Umur Tanam 7 bulan
Potensi -

Nama: Padi Santowo
Kriteria: Pulen 
Umur Tanam: 7 bulan
potensi: -

Nama: Padi Solong (ADA)
Kriteria: Pera
Umur Tanam: 5,5 bulan
Potensi 3,5 ton/ha

Nama: Padi Taiwan (ADA)
Kriteria: Pera
Umur Tanam: 5,5 Bulan
Potensi: 3,5 ton/ha

Nama: Padi Po'dek
Kriteria: Pulen
Umur Tanam: 7 bulan
Ciri-ciri: Berbulu dan harum
Potensi: -

Ekspedisi 3:
Nama: Pari Abang Nomer Songo (ADA)
Kriteria: Pulen
Umur Tanam: 3 bulan
Potensi:: 7 kwintal/wolon

Nama: Padi Keropak, Padi Cempo Welut, Padi Kretek, Padi Cempo Kapur
Kriteria : Pera
Umur Tanam: 7 bulan
Potensi: -

Nama: Padi Plotan Biasa, Padi Plotan Gejih
Kriteria: Ketan
Umur Tanam: 7 bulan
Potensi: -

Rabu, 11 Mei 2016

Sejarah Tanaman Padi

Padi (bahasa latin: Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar. Padi awalnya dikenal masyarakat lembah pertengahan sungai Yangtze dan diatas sungai Huai sekitar 8.500-8000 tahun SM. Padi tumbuh setelah dilakukan pembukaan hutan hingga dipanen oleh masyarakat dan dibudidayakan secara bepindah-pindah. Sekitar 2000 tahun kemudian ditemukan cara budidaya padi tanpa harus berpindah. Menurut para sejarawan masyarakat Cina lah yang pertamakali mendomestikkan padi pada 6000 tahun SM. Daerah sungai terpanjang ke-3 di dunia itu merupakan lumbung padi terbesar di Cina dengan total produksi sekitar 70%. Cara budidaya padi dengan sistem basah dilakukan sejak 6.280 tahun SM sedangkan sistem kering dilakukan di Daecheon-ni, Korea pada 3.500-2000 SM. Peryebaran tanaman padi bergerak menuju pegunungan Himalaya Timur dan menyebar ke Myanmar,Thailand, Laos, Indonesia, Malaysia, Vietnam dan Cina Selatan. Padi masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia sekitar 1500 SM. Dari Cina padi bergerak ke negara India dan Srilanka pada 2000 SM. Dari India padi masuk kewilayah Yunani hingga akhirnya masuk kewilayah Afrika, Brasil, Amerika Tengah dan Selatan. Pengembara Portugal berhasil membawa beras kewilayah Brasil sedangakan penjelajah Spanyol berhasil membawa beras kewilayah Amerika Tengah dan Selatan.
Padi termasuk dalam suku padi-padian atau poaceae. Tanaman semusim, berakar serabut,batang sangat pendek, struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang daun sempurna dengan pelepah tegak, daun berbentuk lanset,warna hijau muda hingga hijau tua, berurat daun sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang, bagian bunga tersusun majemuk, tipe malai bercabang, satuan bunga disebut floret yang terletak pada satu spikelet yang duduk pada panikula,tipe buah bulir atau kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan bijinya, bentuk hampir bulat hingga lonjong,ukuran 3mm hingga 15mm, tertutup oleh palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam,struktur dominan padi yang biasa dikonsumsi yaitu jenis enduspermium. Setiap bunga padi memiliki enam kepala sari (anther) dan kepala putik (stigma) bercabang dua berbentuk sikat botol.Kedua organ seksual ini umumnya siap bereproduksi dalam waktu yang bersamaan. Kepala sari kadang-kadang keluar dari palea dan lemma jika telah masak. Dari segi reproduksi, padi merupakan tanaman berpenyerbukan sendiri,karena 95% atau lebih serbuk sari membuahi sel telur tanaman yang sama. Setelah pembuahan terjadi,zigot dan inti polar yang telah dibuahi segera membelah diri. Zigot berkembang membentuk embrio dan inti polar menjadi endosperm. Pada akhir perkembangan,sebagian besar bulir padi mengadung pati dibagian endosperm. Bagi tanaman muda,pati dimanfaatkan sebagai sumber gizi.
Hama dan Penyakit Padi
Hama-hama penting
·         Penggerek batang padi putih ("sundep", Scirpophaga innotata)
·         Penggerek batang padi kuning (S. incertulas)
·         Wereng batang punggung putih (Sogatella furcifera)
·         Wereng coklat (Nilaparvata lugens)
·         Wereng hijau (Nephotettix impicticeps)
·         Lembing hijau (Nezara viridula)
·         Walang sangit (Leptocorisa oratorius)
·         Ganjur (Pachydiplosis oryzae)
·         Lalat bibit (Arterigona exigua)
·         Ulat tentara/Ulat grayak (Spodoptera litura dan S. exigua)
·         Tikus sawah (Rattus argentiventer)
Penyakit-penyakit penting
·         blas (Pyricularia oryzaeP. grisea)
·         hawar daun bakteri ("kresek", Xanthomonas oryzae pv. oryzae)

Sabtu, 07 Mei 2016

Penyakit Blas Tanaman Padi

Teknologi imunisasi pada tanaman padi merupakan sebuah inovasi baru dalam konteks perlindungan sedini mungkin dalam melakukan pencegahan terhadap serangan hama penyakit sekaligus memperkuat fungsi akar, batang dan daun sehingga tanaman mampu tumbuh secara optimal dalam memanfaatkan pupuk, iklim dan air. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang banyak menyerang tanaman padi salah satunya adalah penyakit blast atau sohor dan biasa dikenal dengan nama patah leher. Penyakit yang disebabkan oleh cendawan Pyricularia Oryzae itu menyerang tanaman padi pada masa vegetatif.  Saat vegetatif gejala pada daun terlihat bintik kecil menyerupai belah ketupat berwarna kuning dan keunguan pada bagian tengah bintik. Semakin lama bercak menjadi besar, hingga pada saat memasuki fase generatif pangkal malai membusuk dan mudah patah. Karena posisi patahan dipangkal malai sehingga disebutlah patah leher.
Serangan pada fase generative menyebabkan pangkal malai membusuk, berwarna kehitanaman dan mudah patah (busuk leher). Penyakit blast menyebabkan penurunan hasil sampai 50%. Jika produksi 10 ton per Ha maka petani akan kehilangan sekitar 5 ton per Ha. Itu karena pengisian bulir yang tidak sempurna karena patah leher. Kelembaban merupakan salah satu faktor yang menyebabkan jamur Pyricularia oryzae (P. grisea) mudah berkembang, terlebih ketika musim hujan dan jarak tanam terlalu rapat. Jamur berkembang optimum pada suhu 24-28 derajat Celcius. Fase rentan pada tanaman padi adalah pada saat persemaian dengan stadia vegetatif (blas daun) umur 30-50 hst dan stadia generatif (blas leher)umur 60-80 hst. Perkembangan penyakit blas dipicu oleh penanaman varietas padi yang peka, jarak tanam rapat dan pemupukan N tinggi tanpa diimbangi dengan P dan K. Selain itu, penyakit blas tergolong seed born disease (penyakit terbawa biji/benih). Artinya, bila benih dari tanaman terserang patogen blas ditanam, maka tanaman padi yang tumbuh dari benih tersebut sudah membawa patogen blas.
Direkomendasikan untuk melakukan pengendalian penyakit blas sebagai berikut:
1. Tanam benih sehat. Benih sehat adalah benih yang tidak membawa patogen blas. Benih ini berasal dari tanaman yang tidak terserang patogen blas (tidak bergejala blas, baik daun maupun pangkal malai). Benih sehat juga dapat diperoleh dengan perlakuan benih menggunakan fungisida sistemik seperti Pyroquilon dengan takaran 8 g/kg benih. Fungisida lain untuk perlakuan benih adalah Tricyclazole dan Benomyl-T
2. Tanam varietas tahan. Inpari 4, 11, 14 dan Inpari Sidenuk tahan/toleran terhadap penyakit potong leher. Penggunaan VUB ini menurunkan infeksi penyakit potong leher 46-94%, tergantung VUB yang digunakan.
3. Tanam cara jajar legowo. Dengan tanam jajar legowo, kelembaban di pertanaman padi tidak tinggi, dapat menghambat perkembangan penyakit blas.
4. Pemupukan NPK sesuai kandungan hara tanah. Dengan pemupukan NPK sesuai kandungan hara tanah, kebutuhan unsur hara tanaman padi dapat dipenuhi sehingga tanaman padi tumbuh optimal dan dapat mempertahankan diri dari gangguan penyakit blas.
5. Menyemprot tanaman padi dengan fungisida. Fungisida Tricyclazole efektif mengendalikan penyakit blas leher bila disemprotkan pada saat bunting dan berbunga. Fungisida-fungisida lain yang juga efektif adalah Edifenphos, Tetrachlorophthalide, Kasugamycyn, IBP, Isoprotionalane, Thiophanate methyl dan Benomyl + mancozeb.

Daftar Pustaka

Jumat, 06 Mei 2016

Pengendalian OPT Tanaman Padi



Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan yang masih satu keluarga rumput berumpun. Tanaman ini telah dibudidayakan sejak beribu tahun yang lalu. Tanaman pangan ini hampir menyebar diseluruh wilayah di Indonesia karena kesesuaian kondisi lahan dan lingkungan untuk pertumbuhannya dan peran masyarakat dalam mengembangkan tanaman ini. Tanaman padi tidak dapat tumbuh dengan baik tanpa adanya perawatan. Perawatan tanaman padi dilakukan pada saat pembibitan, setelah dipindah ke lahan hingga saat padi dipanen. Musuh utama tanaman padi pada saat pembibitan adalah keong mas, wereng, belalang dan hama pengganggu lainnya. Persiapan lahan untuk pembibitan juga berpengaruh dengan tumbuhnya tanaman pengganggu atau sering disebut gulma. Tanaman padi yang telah dipindah dilahan memiliki kerentanan lebih karena jarak tanam dan jumlah tanaman yang ditanam per lubang tidak banyak.
Pengendalian OPT pada tanaman padi, dapat dikategorikan dalam suatu kegiatan yang cukup penting dari tahapan budidaya tanaman padi.  Meskipun cara bertanamnya benar dan benih yang ditanam menggunakan varietas unggul baru, namun bila tidak diimbangi dengan perawatan pengendalian OPT, maka hasil panen tidak maksimal karena tanaman akan rusak bahkan mati akibat populasi OPT atau organisme pengganggu tanaman yang tidak terkendaliPerawatan  padi harus ditangani dengan baik agar mendapatkan hasil panen padi yang optimal dan ada beberapa hal penting yang harus dilakukan dalam perawatan tanaman padi yaitu melakukan pemantauan, pengamatan dan terakhir baru mengendalikan OPT. Pengendalian OPT dimaksudkan sebagai usaha untuk menekan populasi OPT sampai pada tingkat yang tidak menimbulkan kerugian ekonomi dan mencegah kemungkinan terjadinya penyebaran OPT ke areal yang lebih luas pada berbagai lokasi/daerah. Hama dapat menyebabkan kerusakan yang berarti terhadap tanaman padi apabila tidak ditangani dengan baik (Tompunu dkk., 2014)
Teknik pengendalian OPT yang dapat dipilih atau dilakukan meliputi pengendalian  secara mekanik dan fisik, kultur teknik, dengan penggunaan varietas tahan, hayati/biologi, kimiawi, dan dengan peraturan perundang-undangan. Pada saat ini, banyak orang yang tidak memperhatikan dampak dari pengendalian OPT secara kimiawi. Sejauh ini pengendalian OPT dilakukan secara murah dan instan namun berdampak negatif bagi lingkungan. Pencegahan serangan OPT dapat diminimalisir dengan menggunakan varietas padi yang tahan OPT, musuh alami, menggunakan pembasmi OPT hayati, dan melakukan hal-hal lain yang dapat mencegah dan mengurangi OPT (Mugnisjah dan Setiawan, 2001).
Pemanfaatan musuh alami sebagai pengendali hayati untuk mengendalikan hama merupakan pilihan yang tepat untuk menekan penggunaan bahan kimia di sektor pertanian. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan ragam hayati, yang dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT). Organisme sebagai musuh alami OPT yang berguna tersebut dapat berfungsi sebagai pathogen, parasit, dan predator bagi hama-hama tanaman. Keberhasilan pemanfaatan musuh alami sebagai pengendali hayati hama sangat ditentukan pula oleh keadaan agroekosistem setempat, hal itu berkaitan dengan keragaman spesies serangga yang hidup pada pertanaman di ekosistem tersebut. Semakin tinggi keragaman serangga yang ada pada ekosistemn tersebut maka akan meningkatkan peluang keberhasilan dari pemanfaatan musuh alami dalam pengendalian tersebut. Semakin besar komposisi keragaman serangga maka ekosistem semakin stabil, karena dominasi salah satu serangga tidak akan terjadi (Subagiya, 2013).
Organisme pengganggu tanaman dapat diamati terlebih dahulu sebelum melakukan pembasmian. Tujuannya agar tidak salah dalam mengendalikan OPT yang ada. Kesalahan yang dilakukan dapat merusak lingkungan sekitar dan berdampak buruk bagi tanaman karena bukan tidak mungkin OPT semakin merajalela. Adanya pembasmi OPT baik secara kimiawi maupun hayati diharapkan dapat meredam populasinya  pada lahan. Pengendalian memang terasa sulit namun jika dicegah dengan mengatur pola tanam dan menanam dengan
varietas tanaman yang lebih tahan akan mempermudah dalam pengendalian OPT. Pengendalian organisme penganggu tanaman (OPT) di lahan organik memerlukan banyak inovasi untuk menekan penggunaan pestisida (Irsan dkk., 2014)